Saat ini aku hanya bisa berbicara
dalam hatiku tentang kegundahan yang aku rasakan sebenernya sehabis pulang
kuliah ini aku ingin becerita tentang masalah kuliah tapi sesampainyaku dirumah
aku mendapat kabar kalau ibuku sakit.
Walau katanya hanya sakit biasa, tapi
perasaanku tetap tidak enak seakan ada batu besar yang mengganjal.
Aku ingin pulang menemuinya tapi
jadwal kuliahku sangat padat aku hanya bisa berdo’a agar beliau cepet sembuh
tak ada yang bisa kulakukan selain do’a
Aku coba menyemangatinya melawan
penyakit itu dari telfon, percakapan yang aku lakukan kali ini sampai setengah
jam lebih baru kali ini aku tahan lama menelefon.
Allah dan ibu adalah alasan aku tetap
bertahan hidup menghadapi cobaan dan terpaan kehidupan.
Allah bagaikan oksigen sedangkan ibu
sebagai jantungku keduanya sangat aku butuhkan untuk hidup. Jarak yang
memisahkan aku dan ibu bukanlah untuk memisahkan kita, tapi itulah yang menjadi
penguat aku dan beliau.
Aku baru sadar inilah cinta aku
mencintai ibuku, setelah 17tahun ini aku baru menyadarinya, aku takut sekali
kehilangannya
Tingkahku yang manja, kolokan seperti
kanak-kanak, makan masih disuapin, mandi pagi dengan air hangat, dan masih
banyak lagi kelakuanku yang tidak seharusnya aku lakukan. Ditempat ini
(Bengkulu) aku di ajarkan bagaimana cara hidup secara langsung tanpa adanya
teori.
Aku baru tau alasan kenapa ibu tidak
mengijinkanku untuk memilih melanjukan Sekolah Menengah Atasku disini, itu
karena ibu tau batas kemampuanku dan akupun tidak meyakinkan dia saat itu.
Beda waktu aku meminta untuk
melanjutkan kuliahku disini, walaupun beliau tidak setujuh tapi aku berusaha
meyakinkannya kalau aku “bisa” aku bisa hidup merantau, aku bisa jadi anak yang
dewasa, aku bisa jauh dari ibu, aku bisa jadi anak yang mandiri dan aku bisa
menjadi yang lebih baik.
Tapi satu yang saat ini belum aku bisa
kendalian “nafsu belanja”. Banyak emang banyak sangat banyak godaannya, mulai
bulan depan aku harus bisa mengendalikan nafsu belanjaku untuk menabung
walaupun tidak langsung seratus persen berubah, minimal bisa meminimalisir.
Semangatku jangan pernah
kau rapuh –ibu
Senyuman dan do’amu dari
sana adalah segalanya –bapak
0 komentar:
Posting Komentar