Pages

Sabtu, 06 Desember 2014

Rasa

Saat terdiam melihat awan putih di langit biru, merasakan hembusan angin senja, menikmati alunan musik klasik yang membuat aku merasa lebih terjaga.
Aku melihat suatu sosok anak laki - laki dia masih dibawah umur untuk merasakan susahnya mencari uang dan merasakan kerasnya terpaan badai dikala hujan.
Dia berjalan dengan telanjang kaki merasakan sisa panasnya aspal yang terpancar dari terik matahari disiang hari.
Terpikir oleh ku, siapakah aku selama ini? Apakah aku bisa sepertinya? Membagi waktu belajar dengan berjualan.
Apa yang aku lakukan selama ini? Hanya bisa menghamburkan uang orangtua dan meminta di saat uang itu habis.
Walau orangtua tidak keberatan untuk mengasinya, aku malu! Malu dengan diriku sendiri, rasa lelah, capek, bosen membaca buku, ngeluh disaat mengerjakan tugas kuliah, itu semua harus aku lawan.
Inget kit! Adek itu saja tidak mengeluh saat ia mejajakan barang dagangannya dengan orang lain, ia tidak malu, tidak menyerah meski dagangannya ditolak, dia terus mencoba menawarkan dagangannya menyimpan harapan membawa uang untuk ibu dan adik - adiknya.

Hidup itu sebenarnya sederhana, menyerah atau terus berjuang.

Rabu, 19 November 2014

Diam

Diam
Bukan berarti tak peduli
Diam
Bukan berarti tidak memperhatikan
Diam
Kadang di dalam diam ada teriakan kencang
Di dalam diam ia akan menyimpan cintanya, tanpa ada orang lain yang tau
Tapi diam mulai bosan sendiri, ia memilih menemui gemuruh ombak untuk bercerita
Bukan karena tidak mempunyai kawan, tapi ia tau jika berbicara pada manusia ceritanya akan menjadi terpaste
Karena diam percaya jika takdir sudah menjadi ketentuan
Sejauh apapun menghindar, sekeras apapun melupakan ia akan kembali
Kembali kepada pemiliknya

Rabu, 21 Mei 2014

PERBEDAAN ANAK EMAS (JAKARTA) DAN ANAK PANTAI (BENGKULU)



Hari ini gue balik keJakarta setelah hampir satu setengah tahun gue ga pulang-pulang.
Kali ini gaada yang jemput, gue balik sendirian dari bandara Soekarno-Hatta ke rumah, pertamannya naik damri sampe Rawamangun terus gue naik Taksi sampe rumah. Ditengah perjalanan waktu di Damri gue disambut dengan Banjir dan Kemacetan.
Didalam damri gue berfikir, perbedaan Jakarta dengan Bengkulu. Beda banget jauuuh !!!! Jakarta yang dikenal sebagai Ibu Kota ini, ternyata tak seindah dengan bayangan orang-orang yang belum pernah mengunjunginya dan ingin mengunjungi tempat ini. Kota yang seharusnya menjadi Pusat Pemerintahan ini keadaannya tidak sebanding dengan apa yang seharusnya.
Gedung-gedung pencakar langit, keramaian yang bisa di katakan 24jam, kemacetan membuat orang membuang waktunya berjam-jam perhari, pusat perbelanjaan dan masih banyak lagi. Itu semua yang tidak bisa gue rasain diBengkulu!
Sambutan kemacetan ini semakin membuat gue ga nyaman terkurung 3jam-an lebih di dalem damri tepatnya di daerah RawaSari. Ini salah satu hal yang bikin gue betah lama diBengkulu adalah bebas kemacetan, masih suka heran sama orang yang setiap tahun dia mudik selalu membawa kerabatnya ke Jakarta ini galiat apa kondisi disini udah sumpek banget-banget. Mungkin salah satu yang bikin mereka berkeinginan Urbanisasi adalah fikiran kalau “nyari uang diJakarta itu gampang” sampai ada yang bilang “sampah dijual juga laku dan menghasilkan uang”. Apa yang harus dilakukan agar penduduk pedesaan betah tinggal di tempatnya dan semakin percaya diri untuk berkarya? Mereka ngga harus ke kota untuk menghasilkan pendapatan yang layak. Pertanyaan itu bukan untuk Presiden, Pemerintah, Menteri, Para pejabat tinggi DPR, DPRD dan lain sebagainya tapi untuk semua kalangan masyarakat yang “masih peduli terhadap negara ini” jika bukan kita yang memperbaikinya siapa lagi??? Apakah mau bangsa lain peduli? TIDAK. Mereka hanya ingin kepada Sumber Daya Alam yang Negara kita miliki.
Ibu Kota, menjadi sorotan ketika banjir menghampiri setiap tahunnya.
Apa yang harus dilakukan pemimpinnya? Jika yang dipimpin tidak pernah sadar diri kepada lingkungan tempat tinggal yang mereka huni. Bukannya menjaga malah sebaliknya, sebagai contoh: mereka yang tinggal dibantaran kali, seenaknya membuang sampah begitu saja kedalam kali tampa berfikir nantinya mereka yang mengalami dampak buruknya. Gue mencoba menerka-nerka fikirkan orang-orang itu untuk malas membuang sampah pada tempatnya! Apa tidak ada tempat pembuangan sampah? Atau Iuran bulanan untuk membuang sampah itu terlalu mahal? Atau apa yang sebenarnya terjadi? Setelah gue melakukan observasi pada penduduk yang tinggal dibantaran kali tersebut jawabannya “ buangnya ke aliran air ini mbak nantikan juga hanyut” ini dia ternyata kurangnya pengetahuan! Hayut kemana???? Meraka kira sampah plastik bisa terdaur ulang begitu saja di aliran air -_-

Rabu, 02 April 2014

Bukit Kaba (Curup, Bengkulu)



Hai guys! Udah lama banget gue gak nyepam di ini Blog.
Oke langsung aja ya ke cerita gue kali ini.
Pengalaman pertama gue naik gunung eh ini belum di sebut gunung sih tapi bukit.
Yap ini pertama kalinya gue naik Bukit Kaba, salah satu Bukit yang ada di Provinsi Bengkulu. Bukit ini di lewatin sama Bukit Barisan loh guys.
Bukit Kaba ketinggiannya 1936 mdpl.
Gue gak nyangka banget bisa sampe puncaknya!
Bener – bener  kaya mimpi,  ya tapi ini kenyataan.
Jadi begini ceritanya:
Awalnya untuk mengisi kekosongan hari libur (nyepi).
Tanggal 31 Maret 2014, gue (Kitri), Tara, Ka vinsi, Ka rio dan  Ka ego kita berlima mutusin buat hiking
Hmmm ka rio, ka vinsi dan ka ego mungkin udah biasa hiking tapi gue sama tara? Ini pertama kalinya kita nginjekin kaki di ketinggian 1936 mdpl. Bagi mereka bertiga mungkin ini ga ada apa-apanya tapi kalo buat gue sama tara ini WOW banget!!!
Ini foto-foto kita paspertama mau naik:








 



 

Tampang masih keren-keren belum ada beban.

Setelah jalan beberapa menit dengan jalanan yang kalo kata pendaki  yang udah biasa belum ada apa-apanya, tapi kalo menurut gue ini lumayan nanjak tinggi.
Ya namanya naik pasti jalannya tanjakanlah kitri kitri!
Oke kita lanjut, baru beberapa menit napas gue udah ga kuat rasanya itu jantung berdetak 3 kali lebih kenceng, kaki gue susah buat ngelangkah, gak berasa haus tapi pengennya minum ini sensasi yang baru gue rasain pertama kali, maklum pemula (pembelaan).
Belum sampe pos pemberentian pertama tapi udah istirahat berkali-kali.
Tara sama ka ego memimpin jalan pendakian di depan, di tengah gue dan di belakang gue ada ka vinsi sama ka rio.
Huh hah huh hah ngik ngik ngik (bunyi suara napas gue)
Lagi-lagi gue minta istirahat dan berenti, saat berenti-berenti gini kerasa banget solidaritasnya!
Saling memotivasi dan menyemangati, sementara gue ga bisa ngomong apa-apa nyawa kaya di ubun-ubun.
Pendaki yang turun pun sudah mulai banyak, sedangkan kelompok gue ini baru mau naik.
“ Ayo kitri katanya ketua taekwondo tapi baru gini aja ga kuat” (ejek tara, ka vinsi, ka ego)
Gue cuman bisa nyengir melas, berharap ada tukang ojek (ngawur)
Gak kuat gue mau turun aja.
“Hanya orang egois yang GA bisa nyampe di puncak, taklukan ke egoisan diri sendiri di sini” (kata ka rio)
Saat ga kuat lagi ngelangkah ada ka vinsi sama ka rio yang dorong dari belakang, saat mau melewati tebing ada uluran  tangan tara dan ka ego.
Berasa orang paling lemah!
Disini gue belajar:
Tidak ada pertolongan dari orang lain, hanya diri sendirilah yang bisa menolongnya. Orang lain hanya bisa memberi motivasi dan semangat.
Dalam arti diperjalanan ini, ga akan ada yang mau gendong gue sampe puncak kalo bukan kaki sendiri yang menopang tubuh ini!
Dalam arti kehidupan, tidak ada satu orangpun  yang bisa menentukan jadi apa kita kelak sekalipun itu orang tua sendiri, hanya diri sendirilah yang tau mau seperti apa perjalanan hidup ini kita ukir!
Setelah berkali-kali istirahat dan foto-foto, ak hirnya kita nyampe di puncaknya!
Subhanallah!
Bener-bener punya kepuasan sendiri setelah sampai puncaknya.
Ini foto-foto kita :






Ini makna yang gue dapetin setelah sampe puncak.
Setiap perjalanan pasti mempunyai tujuan. Di tengah perjalanan bertemu dengan berbagai halangan, rintangan dan cobaan tapi itu semua akan terbayar / tergantikan ketika perjalanan itu mencapai puncaknya!”

Seperti orang Hidup:
-  Ada yang sudah punya tujuan tapi ditengah perjalanannya dia lupa mau kemana? Terbuai dengan “surga dunia”
- Ada yang awalnya tidak punya tujuan tapi ketika di seperempat jalan dia tau untuk apa dia hidup dan tertuju kemana.
- Dan ada yang tidak punya tujuan sampai dia bosan melewati jalan yang itu-itu saja, bingung mau kemana? Sedangkan yang lainnya sudah mencapai puncak.

Setelah kita puas menikmati Maha Karya Tuhan Yang Maha Esa dan berfoto-fotoria dengan tulisan-tulisan yang dibuat dengan kertas HVS, tiba-tiba hujan deras turun tanpa permisi dulu. Akhirnya kita memutuskan untuk turun sebelum hari semakin sore
Diperjalanan turun ini ga tau jadi kebalik gini, gue yang tadinya pas naik lemah sekarang jadi semangat banget dan jalan di depan sedangkan tara yang tadinya semangat pas naik turunnya jadi loyo,  ya kalo ka ego, ka vinsi dan ka rio itu si udah ga usah diomongin.
Kita nyampe puncak 2,5jam sedangkan turunya 1,5jam.
Ini foto kita setelah turun J



Abis ini kita mau kemana? Gue bilang Dieng, ada yang bilang Dempo dulu.




Sampai ketemu di cerita pendakian selanjutnya J

Selasa, 07 Januari 2014

Tak seindah teori-teori atom

Menurut Dalton:
Atom suatu unsur sama segala sifatnya, sedangkan atom dari unsur yang berbeda memiliki massa dan sifat yang berbeda pula. 
Seperti contohnya manusia yang diciptakan dari unsur yang sama tetapi sifat manusia-manusia dimuka bumi ini, memiliki karakter yang berbeda-beda.
Kata Thomson: 
Atom secara keseluruhan atom bersifat netral.
Rutherford bilang: 
Atom tersusun dari inti atom yang bermuatan positif (sebagai pusat massa) dan elektron-elektron bermuatan negatif yang beredar mengelilingi inti. 


Seperti kehidupan yang dikelilingin sisi positif dan negatif. 

Hidup akan terasa sulit jika kita mempersulitnya, begitu juga dengan semua yang kita anggap susah sebenernya itu gampang.
Percaya dan yakin kalo kamu bisa, pasti bisa!!!
Bukan hanya menerka, bersugesti itu sulit dan menyerah begitu saja
Seorang petarung tangguh tidak akan menyerah sampai titik darah penghabisan. 

Saat LELAH coba tundukan kepala sejenak di hadapan-Nya.
Saat TAK ADA LAGI SEMANGAT ingat orang-orang yang menunggu, berharap dan menanti kita di ujung kesuksesan dunia dan akhirat.
Saat JENUH dengan hiruk pikuk kehidupan, berfikirlah tujuan kita sebagai manusia untuk hidup.
Saat RAGU untuk melangkah ke langkah selanjutnya, tanyakan pada orang yang bisa dipercaya apakah langkah itu benar dan jangan lupa untuk meminta petunjuk kepada Sang Pencipta.
Saat MELIHAT orang yang lebih sempurna hidupnya, lihat apa yang dia lakukan sebelumnya.

Setiap manusia menikmati hidup dengan cara yang berbeda-beda, caranya sendiri yang membentuk dan menentukan akan jadi apa "dia" nantinya.
Bukan orang lain, keluarga, ayah, ibu, atau siapapun itu.
Orang tua hanya berperan sebagai pengarah untuk anaknya, setelah itu semua tergantung di anaknya mau gimana.

INGATLAH!
Saat beban terlalu berat, merasa lelah, iri kepada orang lain, tak ada lagi semangat, jenuh ragu, janganlah putus asa. Ingat, tuhan memberikan kita keluarga agar kita berusaha demi mereka.
*Keluarga bukannya hanya kedua orang tua atau yang mempunyai hubungan darah saja, tapi bisa juga kawan dekat, sahabat.

Kenapa gue nulis ini, sebagai anak rantau hal diatas sering banget gue rasain.

 
Copyright 2012 Tulisanku Semauku. Powered by Blogger - Images by Wpthemescreator
Blogger by Blogger Templates and 3 Columns Blogger Templates