Saat kau dilahirkan dengan keterbatasan apa yang akan kau lakukan? Saat kau tertunduk diam dan pasrah dengan penyakit yang kau alami, akankah kau menyerah begitu saja?
Siapa yang akan menangisimu ketika jasad kau tak lagi terlihat di bumi. Tubuhmu terbaring kaku di bawah tumpukan tanah, berharap hidup akan selesai setelah kau tak lagi bernafas
Sabtu, 28 Maret 2015
Ilusi
Sabtu, 07 Maret 2015
Anak penjual koran
Sudah dua kali aku bertemu dengan anak ini.
Kami bertemu di lokasi yang sama yaitu ditaman depan dekanat Magister pendidikan. Aku menanyainya waktu pertama bertemu:
"namanya siapa? kelas berapa de?"
"dani, ga sekolah lagi yug berhenti dari kelas dua" jawabnya (ayug sama dengan sebutan kaka atau mba)
"umur kamu berapa tahun?"
"dua belas tahun"
"mau sekolah lagi? Atau belajar?"
"ngga mau yug, ambo ga mau belajar lagi. Setiap ambo belajar dan idak pacak ngerjoi soal pasti di pecut sama abang ambo"
"terus kamu sukanya dibidang apa? Beladiri, musik, atau apa?"
"ambo suka beladiri yug"
"mau ikut taekwondo ga?"
"ngga mau, ambo udah masuk merpati putih yug. Taekwondo idak padek idak pake ilmu dalem, ambo pergi dulu ya yug mau ngejar setoran"
Baru ini aku menemukan seorang anak yang tidak sekolah bukan karena persoalan biaya, dia takut mendengar kata "belajar" belajar adalah hal yang paling menakutkan buat dia.
Keesokan harinya aku bertemu lagi dengan dani di tempat yang sama dan waktu yang sama, tapi saat bertemu dani untuk ke dua kalinya aku sedang bersama amel untuk belajar.
Seperti biasa dani menawarkan korannya,
"koran yug"
"loh kamu lagi"
"hehehe" dia senyum sambil merenges
"gimana mau belajar ga?"
"gamau yug"
"kalo belajar nya di kasih uang mau ga? Atau koran kamu aku borong tapi kita belajar ya?"
"ngga yug"
"emang cita - cita dani mau jadi apa nantinya? " tanya amel
"gatau" jawabnya sambil memutarkan kan bola matanya seakan sedang berfikir.
"kita belajar sebentar aja"
"iya, tapi jangan sekarang yug"
"yaudah, nanti kalo kita ketemu lagi belajar ya, ajak temen - temen kamu yang lainnya juga"
"iya yug"
Aku langsung berdiskusi dengan amel, kok masih ada ya mel?
Anak itu mah aku sering ketemu di gedung kuliah, tapi aku baru tau sekarang kalo dia ga sekolah.
Memangnya kau ga pernah nanyain dia mel?
Aku kira dia sama seperti anak yang biasanya berjualan koran, jualannya abis pulang sekolah.
Gimana dan apa caranya ya biar kita bisa ubah pemikirannya kalo belajar itu bukan hal yang menakutkan?
Hmmm.... Nanti kalo ketemu lagi kita kasih tontonan yang bisa membangun imajinasinya aja, supaya dia punya cita - cita, seperti waktu pak mario teguh membawa seseorang ke tempat penjualan mobil, orang itu ditanya dia mau beli mobil yang mana? Setelah itu pak mario bilang, untuk mendapat mobil itu ya kamu harus belajar.
Berarti mimpi dan cita - cita itu sangat perlu ya untuk memotivasi kita supaya terus belajar. Eh kamu kan anak fkip nih, pernah ngajar anak - anak yang putus sekolah ga sebelumnya?
Gapernah sih, tapi kalo ngajar anak - anak dipanti asuhan pernah.
Kamu kenapa ga kuliah di Jakarta aja?
Gadapet mel.
Kan banyak universitas swasta yang bagus.
Untuk sekian kalinya aku mendapat pertanyaan ini. Karena prinsip ku, aku gamau kuliah di universitas swasta.
Kamu idealis banget sih kit
Apaan sih mel, yaudah kita terusin lagi belajarnya.
Ini hanya satu sampel anak yang takut "belajar" padahal belajar adalah hal yang paling menyenangkan jika di jadikan hobi.
Untuk orangtua : Jangan memaksa anak untuk belajar, paksalah dia untuk beribadah! Jangan menilai anak kalian bodoh karena tidak bisa mengerjakan soal, karena setiap anak memiliki nilai kecerdasan yang berbeda - beda di bidangnya.