Pages

Rabu, 21 Mei 2014

PERBEDAAN ANAK EMAS (JAKARTA) DAN ANAK PANTAI (BENGKULU)



Hari ini gue balik keJakarta setelah hampir satu setengah tahun gue ga pulang-pulang.
Kali ini gaada yang jemput, gue balik sendirian dari bandara Soekarno-Hatta ke rumah, pertamannya naik damri sampe Rawamangun terus gue naik Taksi sampe rumah. Ditengah perjalanan waktu di Damri gue disambut dengan Banjir dan Kemacetan.
Didalam damri gue berfikir, perbedaan Jakarta dengan Bengkulu. Beda banget jauuuh !!!! Jakarta yang dikenal sebagai Ibu Kota ini, ternyata tak seindah dengan bayangan orang-orang yang belum pernah mengunjunginya dan ingin mengunjungi tempat ini. Kota yang seharusnya menjadi Pusat Pemerintahan ini keadaannya tidak sebanding dengan apa yang seharusnya.
Gedung-gedung pencakar langit, keramaian yang bisa di katakan 24jam, kemacetan membuat orang membuang waktunya berjam-jam perhari, pusat perbelanjaan dan masih banyak lagi. Itu semua yang tidak bisa gue rasain diBengkulu!
Sambutan kemacetan ini semakin membuat gue ga nyaman terkurung 3jam-an lebih di dalem damri tepatnya di daerah RawaSari. Ini salah satu hal yang bikin gue betah lama diBengkulu adalah bebas kemacetan, masih suka heran sama orang yang setiap tahun dia mudik selalu membawa kerabatnya ke Jakarta ini galiat apa kondisi disini udah sumpek banget-banget. Mungkin salah satu yang bikin mereka berkeinginan Urbanisasi adalah fikiran kalau “nyari uang diJakarta itu gampang” sampai ada yang bilang “sampah dijual juga laku dan menghasilkan uang”. Apa yang harus dilakukan agar penduduk pedesaan betah tinggal di tempatnya dan semakin percaya diri untuk berkarya? Mereka ngga harus ke kota untuk menghasilkan pendapatan yang layak. Pertanyaan itu bukan untuk Presiden, Pemerintah, Menteri, Para pejabat tinggi DPR, DPRD dan lain sebagainya tapi untuk semua kalangan masyarakat yang “masih peduli terhadap negara ini” jika bukan kita yang memperbaikinya siapa lagi??? Apakah mau bangsa lain peduli? TIDAK. Mereka hanya ingin kepada Sumber Daya Alam yang Negara kita miliki.
Ibu Kota, menjadi sorotan ketika banjir menghampiri setiap tahunnya.
Apa yang harus dilakukan pemimpinnya? Jika yang dipimpin tidak pernah sadar diri kepada lingkungan tempat tinggal yang mereka huni. Bukannya menjaga malah sebaliknya, sebagai contoh: mereka yang tinggal dibantaran kali, seenaknya membuang sampah begitu saja kedalam kali tampa berfikir nantinya mereka yang mengalami dampak buruknya. Gue mencoba menerka-nerka fikirkan orang-orang itu untuk malas membuang sampah pada tempatnya! Apa tidak ada tempat pembuangan sampah? Atau Iuran bulanan untuk membuang sampah itu terlalu mahal? Atau apa yang sebenarnya terjadi? Setelah gue melakukan observasi pada penduduk yang tinggal dibantaran kali tersebut jawabannya “ buangnya ke aliran air ini mbak nantikan juga hanyut” ini dia ternyata kurangnya pengetahuan! Hayut kemana???? Meraka kira sampah plastik bisa terdaur ulang begitu saja di aliran air -_-

 
Copyright 2012 Tulisanku Semauku. Powered by Blogger - Images by Wpthemescreator
Blogger by Blogger Templates and 3 Columns Blogger Templates